Rational Emotive
Therapy atau Teori Rasional Emotif mulai dikembangan di Amerika pada
tahun 1960-an oleh Alberl Ellis, seorang Doktor dan Ahli dalam Psikologi
Terapeutik yang juga seorang eksistensialis dan juga seorang Neo
Freudian. Teori ini dikembangkanya ketika ia dalam praktek terapi
mendapatkan bahwa sistem psikoanalisis ini mempunyai kelemahan-kelemahan
secara teoritis.
Teori Rasional Emotif ini merupakan sintesis baru dari Behavior Therapy
yang klasik (termasuk Skinnerian Reinforcement dan Wolpein Systematic
Desensitization). Oleh karena itu Ellis menyebut terapi ini sebagai
Cognitive Behavior Therapy atau Comprehensive Therapy.
Konsep
ini merupakan sebuah aliran baru dari Psikoterapi Humanistik yang
berakar pada filsafat eksistensialisme yang dipelopori oleh Kierkegaard,
Nietzsche, Buber, Heidegger, Jaspers dan Marleu Ponty, yang kemudian
dilanjutkan dalam bentuk eksistensialisme terapan dalam Psikologi dan
Psikoterapi, yang lebih dikenal sebagai Psikologi Humanistik.
Pelopor dan
sekaligus promotor utama dari corak konseling Rational Emotive Therapy
ini adalah Albert Ellis pada tahun 1962. Sebagaimana diketahui aliran
ini dilatarbelakangi oleh filsafat eksistensialisme yang berusaha
memahami manusia sebagaimana adanya. Manusia adalah subjek yang sadar
akan dirinya dan sadar akan objek-objek yang dihadapinya. Manusia adalah
makhluk yang berbuat dan berkembang dan merupakan individu dalam satu
kesatuan yang berarti; manusia bebas, berpikir, beernafsu, dan
berkehendak.
Rational Emotive
Therapy yang menolak pandangan aliran psikoanalisis yang berpandangan
bahwa peristiwa dan pengalaman individu menyebabkan terjadinyagangguan
emosional. Menurut Ellis bukanlah pengalaman atau peristiwa
eksternalyang menimbulkan emosional, akan tetapi tergantung kepada
pengertian yang diberikan terhadap peristiwa atau pengalaman itu.
Gangguan emosi terjadi disebabkan pikiran-pikiran seorang yang bersifat
irrasional terhadap peristiwa dan pengalaman yang dilaluinya.
Rational Emotive
Therapy berpangkal pada beberapa keyakinan tentang martabat manusia dan
tentang proses manusia dapat mengubah diri, yang sebagian bersifat
filsafat dan sebagian bersifat psikologis, yaitu :
a) Manusia
adalah makhluk yang manusiawi, artinya dia bukan superman dan juga bukan
makhluk yang kurang dari seorang manusia.
b) Perilaku
manusia sangat dipengaruhi oleh bekal keturunan atau pembawaan, tetapi
sekaligus juga tergantung dari pilihan-pilihan yang dibuat sendiri.
c) Hidup
secara rasional berarti berpikir, berperasaan, dan berperilaku
sedemikian rupa, sehingga kebahagiaan hidup dapat dicapai secara efisien
dan efektif.
d) Manusia memiliki kecenderungan yang kuat untuk hidup secara rasional dan sekaligus untuk hidup secara tidak rasional.
e) Orang kerap
berpegang pada setumpuk keyakinanyang sebenarnya kurang masuk akal atau
irrasional, yang ditanamkan sejak kecil dalam lingkungan kebudayaan
atau diciptakan sendiri.
f) Pikiran-pikiran manusia biasanya menggunakan berbagai lambang verbal dan dituangkan dalam bentuk bahasa.
g) Bilamana
seseorang merasa tidak bahagia dan mengalami berbagai gejolak perasaan
yang tidak menyenangkan serta membunuh semangat hidup, rasa-rasa itu
bukan berpangkal pada rentetan kejadian dan pengalaman kemalangan yang
telah berlangsung, melainkan pada tanggapannya yang tidak rasional
terhadap kejadian dan pengalaman itu.
h) Untuk membantu orang mencapai taraf kebahagian hidupyang lebih baik dengan hidup secara rasional.
i) Mengubah
diri dalam berpikir irrasional bukan perkara yang mudah, karena orang
memiliki kecenderungan untuk mempertahankan keyakinan-keyakinan yang
sebenarnya tidak masuk akal, ditambah dengan perasaan cemas tentang
ketidakmampuannya mengubah tingkah lakunya dan akan kehilangan berbagai
keuntungan yang diperoleh dari perilakunya.
j) Konselor
RET harus berusaha membantu orang menaruh perhatian wajar pada
kebahagiaan batinnya sendiri tanpa menuntut secara mutlak dukungan dari
orang lain.
k) Konselor
harus membantu konseli mengubah pikirannya yang irrasional dengan
mendiskusikannya secara terbuka dan terus terang.
l) Diskusi
itu akan menghasilkan efek-efek yaitu pikiran-pikiran yang lebih
rasional , perasaan yang lebih wajar, dan berperilaku yang lebih tepat
dan lebih sesuai.
Tujuan Rational Emotive Therapy
Ellis menunjukkan
bahwa banyak jalan yang digunakan dalam Rational Emotive Therapy(RET)
yang diarahkan pada satu tujuan utama, yaitu : " meminimalkan pandangan
yang mengalahkan diri dari klien dan membantu klien untuk memperoleh
filsafat hidup yang lebih realistik". Tujuan psikoterapis yang lebih
baik adalah menunjukkan kepada klien bahwa verbalisasi-verbalisasi diri
merka telah dan masih merupakan sumber utama dari gangguan-gangguan
emosional yang dialami oleh mereka.
Ringkasnya, proses
terapeutik terdiri atas penyembuhan irasionalitas dengan rasionalitas.
Karena individu pada dasarnya adalah makhluk rasional dan karena sumber
ketidakbahagiaannya adalah irasionalitas, maka individu bisa mencapai
kebahagiaan dengan belajar berpikir rasional. Proses terapi, karenanya
sebagian besar adalah proses belajar-mengajar. Menghapus pandangan hidup
klien yang mengalahkan diri dan membantu klien dalam memperoleh
pandangan hidup yang lebih toleran dan rasional. Tujuan dari Rational
Emotive Theory adalah:
1. Memperbaiki dan
mengubah segala perilaku yang irasional dan tidak logis menjadi
rasional dan logis agar klien dapat mengembangkan dirinya.
2. Menghilangkan gangguan emosional yang merusak
3. Untuk membangun
Self Interest, Self Direction, Tolerance, Acceptance of Uncertainty,
Fleksibel, Commitment, Scientific Thinking, Risk Taking, dan Self
Acceptance Klien.
4. Menunjukkan dan menyadarkan klien bahwa cara pikir yang tidak logis itulah penyebab gangguan emosionalnya.
Teori A-B-C tentang Kepibadian
Rational Emotive Therapy dimulai dengan ABC:
A. activating
experiences atau pengalaman-pengalaman pemicu, seperti
kesulitan-kesulitan keluarga, kendala-kendala pekerjaan, trauma-trauma
masa kecil, dan hal-hal lain yang kita anggap sebagai penyebab ketidak
bahagiaan.
B. beliefs, yaitu
keyakinan-keyakinan, terutama yang bersifat irasional dan merusak diri
sendiri yang merupakan sumber ketidakbahagiaan kita.
C. consequence,
yaitu konsekuensi-konsekuensi berupa gejala neurotik dan emosi-emosi
negatif seperti panik, dendam dan amarah karena depresi yang bersumber
dari keyakinan--keyakinan kita yang keliru.
Pada dasarnya, kita
merasakan sebagaimana yang kita pikirkan. Maka, alangkah lebih baiknya
apabila kita selalu memiliki perasaan positif.
Tindakan paling
efisien untuk membantu orang-orang dalam membuat perubahan-perubahan
kepribadiannya adalah dengan mengkonfrontasikan mereka secara langsung
dengan filsafat hidup mereka sendiri, menerangkan kepada mereka
bagaimana cara berfikir secara logis, sehingga mengajari mereka untuk
mampu mengubah atau bahkan menghapuskan keyakinan-keyakinan
irasionalnya.
Ellis menambahkan D
dan E untuk rumus ABC ini. Seorang terapis harus melawan (dispute; D)
keyakinan-keyakinan irasional itu agar kliennya bisa menikmati
dampak-dampak (effects; E) psi-kologis positif dari keyakinan-keyakinan
yang rasional.
Dalam pelaksanaan
Rational Emotive Therapy ini, terapis harus benar-benar mengenal dirinya
sendiri dengan baik, sehingga ia bisa memisahkan falsafah hidupnya dan
tindak memaksakan keyakinannya pada klien. Disamping itu, terapis juga
harus mengetahui timing yang tepat untuk memberikan dorongan pada klien.
Terapis harus menghindari terjadinya indoktrinasi atas diri klien. Yang
perlu dilakukan terapis hanyalah menyampaikan kepada klien apa yang
salah dan bagaimana klien harus mengubahnya menjadi benar.
Sebagai contoh,
“orang depresi merasa sedih dan kesepian karena dia keliru berpikir
bahwa dirinya tidak pantas dan merasa tersingkir”. Padahal, penampilan
orang depresi sama saja dengan orang yang tidak mengalami depresi. Jadi,
Tugas seorang terapis bukanlah menyerang perasaan sedih dan kesepian
yang dialami orang depresi, melainkan me¬nyerang keyakinan mereka yang
negatif terhadap diri sendiri.
Walaupun tidak
terlalu penting bagi seorang terapis mengetahui titik utama
keyakinan-keyakinan irasional tadi, namun dia harus mengerti bahwa
keyakinan tersebut adalah hasil “pengondisian filosofis”, yaitu
kebiasaan-kebiasaan yang muncul secara otomatis, persis seperti
kebiasaan kita yang langsung mengangkat dan menjawab telepon setelah
mendengarnya berdering.
Ellis juga
menambahkan bahwa secara biologis manusia memang “diprogram” untuk
selalu menanggapi “pengondisian-pengondisian” semacam ini.
Keyakinan-keyakinan irasional tadi biasanya berbentuk
pernyataan-pernyataan absolut. Ada beberapa jenis “pikiran¬-pikiran yang
keliru” yang biasanya diterapkan orang, di antaranya:
1. Mengabaikan hal-hal yang positif,
2. Terpaku pada yang negatif,
3. Terlalu cepat menggeneralisasi.
Teknik Konseling
Pendekatan
konseling rasional emotif menggunakan berbagai teknik yang bersifat
kogntif, afektif, dan behavioral yang disesuaikan dengan kondisi klien.
Beberapa teknik dimaksud antara lain adalah sebagai berikut:
- Teknik-Teknik Emotif (Afektif)
a. Assertive adaptive
Teknik yang
digunakan untuk melatih, mendorong, dan membiasakan klien untuk secara
terus-menerus menyesuaikan dirinya dengan tingkah laku yang diinginkan.
Latihan-latihan yang diberikan lebih bersifat pendisiplinan diri klien.
b. Bermain peran
Teknik untuk
mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang menekan (perasaan-perasaan
negatif) melalui suatu suasana yang dikondisikan sedemikian rupa
sehingga klien dapat secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri melalui
peran tertentu.
c. Imitasi
Teknik untuk
menirukan secara terus menerus suatu model tingkah laku tertentu dengan
maksud menghadapi dan menghilangkan tingkah lakunya sendiri yang
negatif.
- Teknik-teknik Behavioristik
a. Reinforcement
Teknik untuk
mendorong klien ke arah tingkah laku yang lebih rasional dan logis
dengan jalan memberikan pujian verbal (reward) ataupun hukuman
(punishment). eknik ini dimaksudkan untuk membongkar sistem nilai dan
keyakinan yang irrasional pada klien dan menggantinya dengan sistem
nilai yang positif. Dengan memberikan reward ataupun punishment, maka
klien akan menginternalisasikan sistem nilai yang diharapkan kepadanya.
b. Social modeling
Teknik untuk
membentuk tingkah laku-tingkah laku baru pada klien. Teknik ini
dilakukan agar klien dapat hidup dalam suatu model sosial yang
diharapkan dengan cara imitasi (meniru), mengobservasi, dan menyesuaikan
dirinya dan menginternalisasikan norma-norma dalam sistem model sosial
dengan masalah tertentu yang telah disiapkan oleh konselor.
- Teknik-teknik Kognitif
a. Home work assigments,
Teknik yang
dilaksanakan dalam bentuk tugas-tugas rumah untuk melatih, membiasakan
diri, dan menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang menuntut pola
tingkah laku yang diharapkan. Dengan tugas rumah yang diberikan, klien
diharapkan dapat mengurangi atau menghilangkan ide-ide dan
perasaan-perasaan yang tidak rasional dan tidak logis, mempelajari
bahan-bahan tertentu yang ditugaskan untuk mengubah aspek-aspek
kognisinya yang keliru, mengadakan latihan-latihan tertentu berdasarkan
tugas yang diberikan
Pelaksanaan home
work assigment yang diberikan konselor dilaporkan oleh klien dalam suatu
pertemuan tatap muka dengan konselor. Teknik ini dimaksudkan untuk
membina dan mengembangkan sikap-sikap tanggung jawab, kepercayaan pada
diri sendiri serta kemampuan untuk pengarahan diri, pengelolaan diri
klien dan mengurangi ketergantungannya kepada konselor.
b. Latihan assertive
Teknik untuk
melatih keberanian klien dalam mengekspresikan tingkah laku-tingkah laku
tertentu yang diharapkan melalui bermain peran, latihan, atau meniru
model-model sosial. Maksud utama teknik latihan asertif adalah :
(a) mendorong kemampuan klien mengekspresikan berbagai hal yang berhubungan dengan emosinya;
(b) membangkitkan kemampuan klien dalam mengungkapkan hak asasinya sendiri tanpa menolak atau memusuhi hak asasi orang lain;
(c) mendorong klien untuk meningkatkan kepercayaan dan kemampuan diri; dan
(d) meningkatkan kemampuan untuk memilih tingkah laku-tingkah laku asertif yang cocok untuk diri sendiri.
Kelebihan dan Kelemahan Rational Emotif Therapy
1. Kelebihan Rational Emotif Therapy
A.Pendekatan ini
cepat sampai kepada masalah yang dihadapi oleh konseli. Dengan demikian,
perawatan juga dapat dilakukan dengan cepat.
B.Para konseli bisa memperoleh sejumlah besar pemahaman dan akan menjadi sangat sadar akan sifat masalahnya.
C. Kaedah berfikir logis yang diajarkan kepada konseli dapat digunakan dalam menghadapi masalah yang lain.
D. Konseli merasa dirinya mempunyai keupayaan intelaktual dan kemajuan dari cara berfikir.
E. Menekankan pada
peletakan pemahaman yang baru di peroleh ke dalam tindakan yang
memungkinan pada konseli mempraktekkan tingkah laku baru dan membantu
mereka dalam pengkondisian ulang.
2. Kelemahan Rational Emotif Therapy
A. Ada konseli yang
boleh ditolong melalui analisa logis dan falsafah, tetapi ada pula yang
tidak begitu cerdas otaknya untuk dibantu dengan cara yang sedemikian
yang berasaskan kepada logika.
B. Ada sebagian konseli yang begitu terpisah dari realitas sehingga usaha untuk membawanya ke alam nyata sukar sekali dicapai.
C. Ada juga
sebagian konseli yang memang suka mengalami gangguan emosi dan
bergantung kepadanya dalam hidupnya, dan tidak mau berbuat apa-apa
perubahan lagi dalam hidup mereka.
D. Karena
pendekatan ini sangat didaktif, terapis perlu mengenal dirinya sendiri
dengan baik dan hati – hati agar tidak hanya memaksakan filsafat
hidupnya sendiri, kepada para konselinya.
E. Terapis yang tidak terlatih memandang terapi sebagai “pencecaran” konseli dengan persuasi, indoktrinasi logika dan nasehat.
SUMBER
Corey. Gerald. (2005). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Rafika Aditama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar