Jumat, 30 Oktober 2015

B. Actuating Dalam Manajemen



Pengertian actuating dalam hal ini, George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa actuating merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka
berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran anggota-anggota
perusahaan tersebut oleh karena para anggota itu juga ingin mencapai sasaran-sasaran
tersebut.
Dari pengertian di atas, pelaksanaan (actuating) tidak lain merupakan upaya untuk
menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan dan
pemotivasian agar setiap karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai
dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya.
Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pelaksanan (actuating) ini adalah bahwa
seorang karyawan akan termotivasi untuk mengerjakan sesuatu jika :
1. Merasa yakin akan mampu mengerjakan,
2. Yakin bahwa pekerjaan tersebut memberikan manfaat bagi dirinya,
3. Tidak sedang dibebani oleh problem pribadi atau tugas lain yang lebih
penting,atau mendesak,
4. Tugas tersebut merupakan kepercayaan bagi yang bersangkutan dan
5. Hubungan antar teman dalam organisasi tersebut harmonis
Penting nya actuating Sasaran daripada penggerakan adalah untuk mendapatkan ketaatan disiplin, kepatuhan dan kesediaan dari orang-orang lain untuk menyelesaikan tugas yang dipercayakan kepadanya dengan sebaik-baiknya sesuai dengan pedoman yang diberikan. Tujuan
penggerakan supaya manajemen berhasil secara efektif dan efisien

prinsip : Dalam manajemen, pengarahan ini bersifat sangat kompleks karena disamping menyangkut
manusia, juga menyangkut berbagai tingkah laku dari manusia-manusia itu sendiri. Manusia
dengan berbagai tingkah laku yang berbeda-beda, memiliki pandangan serta pola hidup yang
berbeda pula. Oleh karena itu, pengarahan yang dilakukan oleh pimpinan harus berpegang
pada beberapa prinsip, yaitu:
a. Prinsip mengarah pada tujuan
Tujuan pokok dari pengarahan nampak pada prinsip yang menyatakan bahwa makin
efektifnya proses pengarahan, akan semakin besar sumbangan bawahan terhadap
usaha mencapai tujuan. Pengarahan tidak dapat berdiri sendiri,artinya dalam
melaksanakan fungsi pengarahan perlu mendapatkan dukungan/bantuan dari factor-
faktor lain seperti :perencanaan, struktur organisasi, tenaga kerja yang cukup,
pengawasan yang efektif dan kemampuan untuk meningkatkan pengetahuan serta
kemampuan bawahan.
b. Prinsip keharmonisan dengan tujuan
Orang-orang bekerja untuk dapat memenuhi kebutuhannya yang mungkn tidak
mungkin sama dengan tujuan perusahaan. Mereka mengkehendaki demikian dengan
harapan tidak terjadi penyimpangan yang terlalu besar dan kebutuhan mereka dapat
dijadikan sebagai pelengkap serta harmonis dengan kepentingan perusahaan.
Semua ini dipengaruhi oleh motivasi masing-masing individu. Motivasi yang baik
akan mendorong orang-orang untuk memenuhi kebutuhannya dengan cara yang
wajar. Sedang kebutuhan akan terpenuhi apabila mereka dapat bekerja dengan baik,
dan pada saat itulah mereka menyumbangkan kemampuannya untuk mencapai tujuan
organisasi.
c. Prinsip kesatuan komando
Prinsip kesatuan komando ini sangat penting untuk menyatukan arah tujuan dan
tangggung jawab para bawahan. Bilamana para bawahan hanya memiliki satu jalur
didalam melaporkan segala kegiatannya. Dan hanya ditujukan kepada satu pimpinan
saja, maka pertentangan didalam pemberian instruksi dapat dikurangi, serta semakin
besar tanggung jawab mereka untuk memperoleh hasil maksimal. 

Sumber :

A. Pengorganisasian Struktur Manajemen



Struktur organisasi adalah suatu susunan komponen-komponen atau unit-unit kerja dalam sebuah organisasi. Struktur organisasi menunjukan bahwa adanya pembagian kerja dan bagaimana fungsi atau kegiatan-kegiatan berbeda yang dikoordinasikan. Dan selain itu struktur organisasi juga menunjukkan mengenai spesialisasi-spesialisasi dari pekerjaan, saluran perintah maupun penyampaian laporan.
Struktur organisasi adalah suatu susunan atau hubungan antara kemponen bagian-bagian dan posisi dalam sebuah organisasi, komponen-komponen yang ada dalam organisasi mempunyai ketergantungan. Sehingga jika terdapat suatu komponen baik maka akan berpengaruh kepada komponen yang lainnya dan tentunya akan berpengaruh juga kepada organisasi tersebut.
Stuktur organisasi adalah merupakan susunan dan hubungan antara setiap bagian maupun posisi yang terdapat pada sebuah organisasi atau perusahaan dalam menjalankan kegiatan-kegiatan operasionalnya dengan maksud untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Struktur organisasi dapat menggambarkan secara jelas pemisahan kegiatan dari pekerjaan antara yang satu dengan kegiatan yang lainnya dan juga bagaimana hubungan antara aktivitas dan fungsi dibatasi. Di dalam struktur organisasi yang baik harus dapat menjelaskan hubungan antara wewenang siapa melapor atau bertanggung jawab kepada siapa, jadi terdapat suatu pertanggung jawaban apa yang akan di kerjakan.
Struktur Organisasi Formal Dan Informal
– 
Fayol (1949) Menyatakan bahwa organisasi terbentuk ketika jumlah  pekerja cukup banyak. Organisasi dibutuhkan karena dapat menyempurnakan suatu pekerjaan dibanding dengan menyelesaikan pekerjaan dengan upaya individual. Karena orang –  orang banyak menghabiskan hidup mereka di lingkungan sosial, personal, dan organisasi personal, maka mereka perlu memahami bagaimana proses organisasi terbentuk, seperti formasinya, metode komunikasi, dan proses pengambilan keputusan. 
Masing - masing organisasi mempunyai struktur organisasi formal dan informal. Struktur formal biasanya terencana dan transparan sedangkan struktur yang informal biasaya tidak terencana dan tersembunyi. Struktur formal, melalui  pembagian tugas menyediakan kerangka untuk memutuskan wewenang manajerial, tanggung jawab, dan tanggung gugat. Struktur formal, peran dan fungsi tersusun secara sistematis dengan kerangka yang jelas.
Manfaat Struktur Fungsional :
-  Penyatuan spesialis meningakatkan koordinasi dan pengawasan.
- Pengambilan keputusan yang tersentralisasi meningkatkan perspektif antar fungsi dalam organsasi.
- Penggunaan bakat managerial dan teknikal yang efisien.
-  Jenjang karier dan pengembangan profesional pada bidang spesialisi menjadi di permudah.
Kerugian Struktur Fungsional :
- Perbedaan orientasi bidang fungsional menghambat komunikasi dan koordinasi.
- Kecenderungan para spesialis mengembangkan perspektif jangka pendek dan orientasi fungsional yang sempit.
- Konflik antar bidang fungsional bisa membebani pengambilan keputusan manajemen puncak.
- Sulit untuk menetapkan standar kinerja yang standar.
Manfaat Struktur Divisional 
- Peningkatan pengendalian strategik dan operasional memudahkan CEO untuk menyelesaikan model-model strategik.
- Respons yang cepat dalam perubahan
- Meningkatkan fokus pada produk dan pasar.
- Meminimalkan masalah yang berhubungan dengan pembagian sumber daya antar bidang fungsional.
- Memfasilitasi kemajuan General Manager.
Kelemahan Struktur Divisional
- Menambah biaya karena adanya duplikasi karyawan, operasi dan investasi.
- Kompetisi disfungsional antar divisi bisa menurangi kinerja perusahaan secara keseluruhan.
- Kesulitan dalam mempertahankan citra perusahaan.
- Terlalu menekankan pada kinerja jangka pendek.
Contoh Kasus Organisasi :



  1. Mahkota Indonesia merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dibidang bahan kimia dasar yang telah berdiri sejak tahun 1969. PT. Mahkota Indonesia sendiri merupakan anak perusahaan pertama yang didirikan oleh PT. Lautan Luas Tbk. Dengan menjadi anak perusahaan yang di bangun untuk pertama kalinya, PT. Mahkota Indonesia merupakan perusahaan penghasil bahan kimia dasar (non-food) seperti Sulfuric Acid, Aluminium Sulfate, Sodium Silicate Cullet (Solid), dan Sodium Silicate Liquid. Hal ini menjadikan PT. Mahkota Indonesia sebagai penghasil bahan kimia dasar terlengkap dibandingan dengan 19 anak perusahaan lain milik PT. Lautan Luas Tbk (Sumber Company Profile PT. Mahkota Indonesia).
  2. Mahkota Indonesia merupakan perusahaan besar yang terbagi menjadi beberapa divisi dalam perusahaan. Lokasinya yang terbagi menjadi dua tempat yakni kantor pabrik yang berada di Pulo Gadung dan Head Office yang berada di Slipi serta banyaknya divisi yang terbagi di dalam perusahaan,
membuat para karyawan harus saling berhubungan walaupun dipisahkan oleh jarak. Terlihat bahwa para karyawan sulit melakukan komunikasi langsung ketika harus berhubungan dengan divisi yang berada di lokasi yang berbeda dengan mereka. Para karyawan juga terlihat sangat individual dalam melaksanakan pekerjaan padahal setiap divisi di dalam perusahaan harus dapat berkoordinasi dengan baik untuk dapat memajukan perusahaan. Implementasi komunikasi organisasi yang terlihat, khususnya pada hubungan antara atasan dan bawahan hanya terbatas komunikasi dengan digital media. Setiap informasi yang berkaitan dengan perusahaan hanya akan disebarkan melalui digital media ke setiap karyawan yang menunjukkan tidak adanya komunikasi langsung antara atasan dengan para karyawan.
Penggunaan media komunikasi bukan tanpa kesulitan. Karyawan seringkali mengalami masalah komunikasi seperti miss-communication akibat kesalahan persepsi dan penangkapan informasi yang diberikan. Ketika kesalahaan persepsi terjadi, tidak jarang masalah tersebut menimbulkan pertentangan antar kedua belah pihak yang mengakibatkan konflik antar karyawan atau bahkan sampai ke pihak ketiga (customer). Hal-hal lain yang sering terjadi seperti ketika para karyawan harus berkali-kali menghubungi rekannya dengan telepon apabila informasi yang diberikan dengan penggunaan media tidak dapat di mengerti.
Pembahassan : dalam kasus ini saran yang diberikan dari struktur fungsional adalah penyatuan spesialis meningkatkan koordinasi dan pengawasan kepada para karyawannya. Karena sulitnya komunikasi antar atasan dan bawahan, yang hanya mengandalkan media. Sehingga komunikasi sering tehambat.
Dari struktur divisional : saran yang bisa diberikan bisa meningkatkan citra perusahaan karena kelemahan dari divisonal tersebut. disini dengan meningkatkan komunikasi yang lebih baik antar atasan dan bawahan agar meminimalkan masalah- masalah yang akan muncul.

Sumber :