Berikut ini ada contoh kasus yang
biasa ditangani oleh pendekatan Person centered therapy. Misalnya, seorang
remaja bahwa dia sangat sayang pada adiknya, tetapi pada suatu saat dia
mulai sadar akan tingkah lakunya yang bertentangan dengan pikiran itu,
karena ternyata dia sering sekali mengucapkan kata-kata iri kepada
adiknya yang selalu dibela orang tua. Padahal, terhadap adik sendiri
seorang kakak tidak boleh bertindak itu. Masalah ini menunjuk pada suatu pertentangan antara siapa saya ini sebenarnya dan
seharusnya menjadi orang yang bagaimana. Bilamana remaja mulai menyadari
kesenjangan dan mengakui pertentangan itu, dia menghadapi keadaan
dirinya sebagaimana adanya. Kesadaran yang masih samar-samar akan
kesenjangan itu menggejala dalam perasaan kurang tenang dan cemas serta
dalam evaluasi diri sebagai orang yang tidak pantas (worthless). Remaja
ini mau untuk menerima layanan konseling dan menjalani proses konseling
untuk menutup permasalahannya antara dua kutub di dalam dirinya sendiri,
serta akhirnya menemukan dirinya kembali sebagai orang yang pantas
(person of worth).
Pada proses
terapinya, klien menjadi pusat dari terapi ini di mana terapis lebih
membiarkan klien menemukan jalan keluarnya sendiri. Jadi remaja ini di
buat mengerti dan paham akan masalah yang sedang dihadapinya dan terapis
tidak memaksakan klien untuk menceritakan masalahnya bila klien sedang
tidak ingin menceritakannya, klien hanya memberikan pandangan tentang
masalah yang sedang dihadapinya sedangkan pilihan dan prosesnya klien
yang menentukannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar