Jumat, 11 Maret 2016

Contoh Kasus dengan Pengobatan Terapi Psikoanalisa

Klien seorang perempuan, 26 tahun dengan gangguan skizofrenia paranoid dan diterapi menggunakan pendekatan psikoanalisis dan teknik yang digunakan adalah teknik asosiasi bebas.

Pada sesi I ini terapis dan klien membangun komunikasi yang nyaman dan membangun kepercayaan. Setelah terbentuknya rasa kepercayaan dan dukungan yang lebih besar, terapis mulai mendorong klien untuk mengkaji berbagai hubungan Interpersonalnya. Kemudian klien diminta untuk mengungkapkan apa saja (pikiran dan perasaan) yang terlintas dalam pikirannya saat itu tanpa ada hal-hal yang disensor (moment catarsis). Dan terapis membantu klien untuk menganalisa mengenai hal-hal yang dikatarsiskan. Setelah itu terapis membantu dan membimbing klien untuk bisa insigth. Setelah itu terus menerus menginterpretasikan dan mengidentifikasikan masalah klien. Kemudian berusaha mengajak klien merealisasikan hal-hal yang didapat dari insigth.
Pada sesi II yaitu teknik asosiasi bebas. Pada sesi ini Klien diminta untuk mengungkapkan apa saja (pikiran dan perasaan) yang terlintas dalam pikirannya saat ini tanpa ada hal yang disensor (katarsis). Terapi membantu klien menganalisa mengenai hal-hal yang dikatarsiskan, kemudian terapis membimbing klien untuk insight, dengan terus-menerus menginterpretasi dan mengidentifikasi masalah klien dan mkemudian mengajak klien merealisasikan hal yang didapatkan dari insight. 
Sumber :
Corey, Gerald. (2005). Teori dan Praktek KONSELING & PSIKOTERAPI. Bandung: PT Refika Aditama.

Hall, Calvin., & Gardner Lindzey. (1993). Teori-Teori Psikodinamik (klinis), (Penerjemah: A. Supratiknya). Yogyakarta: Kanisius.

Selvera, Nidya Rizky. (2013). Teknik asosiasi bebas dan psikoedukasi untuk mengenali gejala penderita skizofrenia paranoid. Jurnal Procedia Studi Kasus dan Intervensi Psikologi Volume 1.


Suryabrata, S. (2005). Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

PSIKOTERAPI dan PSIKOANALISA



Istilah “psikoterapi”, berasal dari dua kata, yaitu “psiko” dan “terapi”.
Psiko” artinya kejiwaan atau mental dan “terapi” adalah penyembuhan atau usada.
Jadi kalau dibahasa Indonesiakan psikoterapi dapat disebut usada jiwa atau usada
mental. Istilah psikoterapi (psychotherapy), mempunyai pengertian yang cukup
banyak dan kabur, terutama karena istilah tersebut digunakan dalam berbagai
bidang operasional ilmu empiris seperti psikiatri, psikologi, bimbingan dan
penyuluhan (guidance and counseling), kerja sosial (case work), pendidikan dan
ilmu Agama.
Psikoterapi melibatkan konseling untuk mengobati gangguan emosional dan mental. Psikoterapis mendorong pasien untuk berbicara tentang konflik mereka. Seringkali mereka membantu pasien mereka memperoleh wawasan tetang bagaimana masalah mereka muncul. Secara umum, psikoterapi berfokus pada mengubah pola menyedihkan dari pikiran, emosi, dan perilaku.
 

Psikoterapi adalah praktik modern, sedangkan konseling psikologis merupakan tradisi kuno. Dalam banyak budaya kuno, orang meminta bantuan tokoh agama dan orang lain untuk menyelesaikan masalah mereka.
Menururt Corsini :
Proses interaksi formal 2 pihak (2 orang/lebih), bertujuan memperbaiki keadaan yang tidak menyenangkan (distres) pada salah 1 pihak karena tidak berfungsinya / ketidakmampuan pada fungsi kognitif, afeksi atau perilaku, dengan terapis berusaha mengembangkan memelihara atau mengubahnya dengan menggunakan metode2 sesuai pengetahuan & skill, serta bersifat profesional & legal.
Tujuan psikoterapi : menurut Korchin
1.                  memperkuat motivasi klien untuk melakukan hal yang benar
2.                  mengurangi tekanan emosional
3.                  mengembangkan potensi klien
4.                  mengubah kebiasaan
5.                  memodifikasi struktur kognisi
6.                  memperoleh pengetahuan tentang diri
7.                  mengembangkan kemampuan berkomunikasi & hubungan  interpersonal
8.                  meningkatkan kemampuan mengambil keputusan
9.                  mengubah kondisi fisik
10.              mengubah kesadaran diri
11.              mengubah lingkungan sosial
 

Unsur psikoterapi : Menurut Masserman (1984) ada tujuh “parameter pengaruh” yang mencakup unsur-unsur lazim pada semua jenis psikoterapi, yaitu:
  1. Peran sosial (martabat) psikoterapis
  2. Hubungan (persekutuan terapeutik)
  3. Hak
  4. Retrospreksi
  5. Re-edukasi
  6. Rehabilitasi
  7. Resosialisasi dan rekapitulasi
Unsur-unsur psikoterapeutik dapat dipilih untuk masing-masing pasien dan dimodifikasi dengan berlanjutnya terapi.

Perbedaan psikoterapi dan konseling : Perbedaan


Konseling

Psikoterapi
< intensif
> intensif
preventif
Kuratif / reapartif
Fokus : edukasi, vocational, perkembangan
Fokus : remedial
Setting : sekolah, industri, social work,
Setting : rumah sakit, klinik, praktek pribadi,
Jumlah intervensi <
Jumlah intervensi >
supportive
rekonstructive
Penekanan “normal”
/ masalah ringan
Penekanan “disfungsi” / masalah berat
Short term
Long term


Pendekatan psikoterapi terhadap mental illness menurut J.P. Chaplin, yaitu:
  1. Biological
    Meliputi keadaan mental organik, penyakit afektif, psikosis dan penyalahgunaan zat. Menurut Dr. John Grey, Psikiater Amerika (1854) pendekatan ini lebih manusiawi. Pendapat yang berkembang waktu itu adalah penyakit mental disebabkan karena kurangnya insulin.
  2. Psychological
    Meliputi suatu peristiwa pencetus dan efeknya terhadap perfungsian yang buruk, sekuel pasca-traumatic, kesedihan yang tak terselesaikan, krisis perkembangan, gangguan pikiran dan respon emosional penuh stres yang ditimbulkan. Selain itu pendekatan ini juga meliputi pengaruh sosial, ketidakmampuan individu berinteraksi dengan lingkungan dan hambatan pertumbuhan sepanjang hidup individu.
  3. Sosiological
    Meliputi kesukaran pada sistem dukungan sosial, makna sosial atau budaya dari gejala dan masalah keluarga. Dalam pendekatan ini harus mempertimbangkan pengaruh proses-proses sosialisasi yang berlatarbelakangkan kondisi sosio-budaya tertentu.
  4. Philosophic
    Kepercayaan terhadap martabat dan harga diri seseorang dan kebebasan diri seseorang untuk menentukan nilai dan keinginannya. Dalam pendekatan ini dasar falsafahnya tetap ada, yakni menghagai sistem nilai yang dimiliki oleh klien, sehingga tidak ada istilah keharusan atau pemaksaan.
Konsep Dasar Psikoanalisa :
a. Struktur Kepribadian
Menurut Freud struktur kepribadian terdiri dari tiga sistem: id, ego
dan super ego. Ketiganya adalah nama bagi proses-proses psikologis. Id
adalah komponen biologis, ego adalah komponen psikologis, sedangkan
super ego merupakan komponen sosial.
b. Pandangan tentang Sifat Manusia
Pandangan Freudian tentang sifat manusia pada dasarnya pesimistik,
deterministik, mekanistik dan reduksionistik. Menurut Freud manusia
dideterminasi oleh kekuatan-kekuatan irasional, motivasi-motivasi tidak
sadar, kebutuhan-kebutuhan dan dorongan-dorongan biologis, dan naluriah,
dan oleh peristiwa-peristiwa psikoseksual yang terjadi selama lima tahun
pertama dari kehidupan.
c. Kesadaran dan Ketidaksadaran
d. Perkembangan Kepribadian
Freud secara membagi tingkat-tingkat perkembangan seseorang
kedalam beberapa fase. Tingkat-tingkat perkembangan itu erat sekali
hubungannya dengan perkembangan kehidupan seksuil dan karenanya
disebut sebagai psychosexual development. Psychosexual development
meliputi tiga fase yaitu, fase oral, fase anal, fase genital.

TEKNIK TERAPI PSIKOANALISA :
1) Metode asosiasi bebas, menuntut pasien mengatakan segala sesuatu yang
muncul dalam kesadarannya.
2) Metode analisis mimpi. Metode ini bukanlah suatu metode yang terpisah
dari metode asosiasi bebas; analisis itu merupakan konsekuensi wajar
dari instruksi kepada para pasien agar pasien berbicara tentang segala
sesuatu yang muncul dalam kesadarannya.
3) Penafsiran adalah suatu prosedur dasar dalam menganalisis asosiasiasosiasi
bebas, mimpi-mimpi, resistensi-resistensi, dan transferensitransferensi.
Prosedurnya terdiri atas tindakan-tindakan anak yang
menyatakan, menerangkan, bahkan mengajari klien makna-makna
tingkah laku yang dimanifestasikan oleh mimpi-mimpi, asosiasi bebas,
resistensi-resistensi, dan oleh hubungan terapeutik itu sendiri.
4) Metode analisis dan penafsiran resistensi. Resistensi adalah sesuatu yang
melawan kelangsungan terapi dan mencegah klien mengemukakan
bahan yang tak disadari.
5) Metode Analisis dan penafsiran transferensi. Tranferensi
mengejawantahkan dirinya dalam proses terapeutik ketika “urusan yang
tidak selesai” di masa lampau klien dan orang-orang yang berpengaruh
menyebabkan dia mendistorsi masa sekarang dan bereaksi terhadap
analis sebagaimana dia bereaksi terhadap ibu artau ayahnya.

Sumber :
M.A. Subandi, (et.al)., Psikoterapi Pendekatan Konvensional dan Kontemporer, Pustaka
Pelajar Offset, Yogyakarta, 2002, hlm. 1-2
Singgih D. Gunarsa, Konseling dan Psikoterapi, Gunung Mulia, Jakarta, 1992, hlm. 154-155
Singgih D. Gunarsa, Pengantar Psikologi, Mutiara, Jakarta, 1983, cet. II, hlm. 61
Gerald Corey, Theory and Practice of Counseling and Psychoterapy, diterjemahkan oleh
E.Koeswara dengan judul Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, PT Refika Aditama, Bandung,
2003, cet. IV, hlm. 14
Singgih D Gunarsa, op. cit., hlm. 64
Gerald Corey, op. cit,. hlm. 15-16
 Ibid., hlm. 62
Ibid., hlm. 65-66
  Daniel Goleman, Kathleen Riordan Speeth, The Essential Psychotherapies dengan judul
Esensial Psikoterapi: Terapi dan Praktek Para Ahli, Dahara Prize, Semarang, 1993, hlm. 13
 
Calvin S Hall, Gardner Lindzey, Theories of Personality I diterjemahkan oleh Yustinus,
dengan judul, Teori-teori Psikodinamik (Klinis), Kanisius, Yogyakarta, 1993, hlm. 100
Ibid., hlm. 101
 
Gerald Corey, op. cit.,hlm. 42 
 Ibid., hlm. 43