Welcome To my Blog everyone. enjoy!!
i made this blog to write my task. so enjoy reading.
Senin, 12 Desember 2016
Harapan dan Cita-cita
Traveling adalah kegiatan yang paling saya sukai. Menjelajah tempat baru, mencoba berbagai makanan khas daerah dan menaiki alat transportasi daerah tersebut merupakan pengalaman yang sangat mengasyikan. Apalagi berpergian dengan menggunakan pesawat terbang. Pesawat adalah transportasi kesukaan saya, karena kita dapat melihat pemandangan alam, perkotaan, jalan raya dari atas langit. apalagi pelayanan yang diberikan di pesawat sangat membuat saya nyaman. Kecintaan saya mengenai traveling dan pesawat membuat saya berkeinginan untuk menjadi seorang pramugari pada suatu maskapai terkemuka di Indonesia yaitu Garuda Indonesia. menurut pendapat saya menjadi seorang pramugari merupakan pekerjaan yang paling menyenangkan, kita bisa bekerja dengan gaji yang besar, dan menjelajah kota-kota bahkan negara-negara lain. biarpun banyak yang beranggapan menjadi pramugari banyak mendapatkan resiko, seperti harus jauh dari keluarga, kurang mendapat libur pada hari- hari besar sampai resiko yang paling besar yaitu musibah kecelakaan pesawat. awalnya orang tua saya mendukung mengenai cita-cita saya tersebut, hingga saya waktu itu berencana untuk ingin mengikuti lowongan penerimaan pramugari Garuda Indonesia selepas saya lulus SMA. Setelah lulus SMA orang tua saya lebih menyarankan saya untuk melanjutkan kuliah saja, karena mereka lebih senang jika saya bisa menyandang gelar sarjana terlebih dahulu ketimbang langsung bekerja, apalagi menjadi pramugari. akhirnya saya mengurungkan niat saya dahulu untuk mendaftar menjadi pramugari, dan memilih untuk berkuliah terlebih dahulu setelah lulus kuliah nanti baru saya coba mendaftar. Selama saya menjadi mahasiwi psikologi saya banyak mendapat pengetahuan baru dan juga mengenai jenjang karier yang bisa di jalani setelah lulus sarjana dan master psikologi nanti. Kemudian, keinginan saya yang dulu sangat menginginkan menjadi pramugari lama-kelamaan memudar, karena saya pikir, saya ingin menerapkan ilmu psikologi yang saya punya dengan karier saya sebagai seorang psikolog ataupun karwayan swasta di kantor-kantor multinasional. Pada akhirnya sekarang saya bercita-cita untuk menjadi seorang psikolog klinis/PIO. harapan saya menjadi psikolog, agar saya dapat membantu orang-orang yang memang membutuhkan jasa dibidang psikologi. juga saya ingin berkesempatan menjadi karyawan di Pertamina ataupun kantor-kantor swasta yang berpusat di kawasan Sudirman,Thamrin atau Kuningan. saya ingin bekerja di tempat-tempat tersebut karena saya lihat tampilan karwayan perusahaan di kawasan - kawasan tersebut sangat keren. tapi tidak hanya itu saja, lingkungan pekerjaan nya juga saya suka.
Selasa, 08 November 2016
POST TRAUMATIC STRESS DISORDER Dan CONTOH KASUS
Secara objektif, seseorang dapat dikatakan mengalami kejadian yang dapat
menimbulkan trauma (kejadian traumatis) jika mereka terpapar pada kejadian yang
melibatkan kematian, luka serius atau adanya ancaman terhadap fisik diri sendiri
maupun orang lain. Sedangkan secara subyektif, suatu kejadian menjadi
pengalaman traumatis ketika seseorang berespon dengan perasaan takut,
tidak berdaya atau kengerian (Allen, 2005).
Sangatlah wajar jika seseorang yang mengalami kejadian yang mengancam
keselamatan dan nyawanya merasakan ketakutan atau reaksi stres. Akan tetapi,
apakah setiap orang yang mengalami kejadian ini pasti mengalami trauma?
Reaksi stres akibat kejadian yang mengancam keselamatan dan nyawa seseorang
dapat berkembang menjadi suatu gangguan secara psikologis. Di dalam ilmu psikologi
sendiri, gangguan yang terjadi sebagai akibat dari adanya pengalaman traumatis disebut
dengan PTSD (Post Traumatic Stress Disorder). Post Traumatic Stress Disorder
adalah gangguan kecemasan yang dapat terbentuk dari sebuah peristiwa
atau pengalaman yang menakutkan/mengerikan, sulit dan tidak menyenangkan
dimana terdapat penganiayaan fisik atau perasaan terancam(American
Psychological Association, 2004). Terdapat sejumlah tanda-tanda dimana
seseorang mungkin mengalami PTSD, antara lain :
1. Mengalami kembali kejadian traumatis secara terus menerus dalam bentuk :
a) Bayangan, pikiran dan ingatan kejadian secara terus menerus dan menyebabkan stres.
b) Mimpi-mimpi mengenai kejadian secara berulang
c) Ilusi / halusinasi terkait kejadian
d) Merasa stres / muncul respon fisik (seperti misalnya berkeringat dingin, jantung
berdegup kencang) saat mengingat, menemui hal-hal yang berkaitan atau
melambangkan kejadian traumatis
2. Adanya upaya untuk menghindari pikiran, perasaan, percakapan, aktivitas, tempat atau
orang-orang) yang berkaitan dengan kejadian traumatis.
3. Tidak mampu untuk mengingat aspek-aspek penting dari kejadian traumatis
4. Kehilangan minat atau partisipasi dalam aktivitas-aktivitas yang sebelumnya biasa dilakukan
5. Adanya peningkatan rangsangan secara terus menerus (dimana hal ini tidak terjadi sebelum
kejadian traumatis), dalam bentuk :
a) Sulit untuk tidur atau tidur secara berlebihan
b) Menjadi mudah marah
c) Sulit berkonsentrasi
d) Menjadi lebih waspada secara berlebihan
e) Sering merasa terkejut / kaget secara berlebihan
Selain mengalami sejumlah hal-hal diatas, biasanya seseorang yang mengalami PTSD
kesehariannya dan aktivitas sosialnya juga menjadi terganggu. Ada baiknya menemui psikolog
apabila anda atau orang-orang di sekitar anda yang pernah mengalami kejadian traumatis
menunjukkan sejumlah tanda-tanda diatas setelah agar mendapatkan penanganan yang tepat.
Jadi, seseorang yang baru saja mengalami musibah atau bencana memang mengalami kejadian
traumatis, namun tidak dapat serta merta dikatakan mengalami trauma (PTSD). Semoga kita
semua dapat menjadi lebih bijak dalam mempergunakan kata trauma.
Contoh kasus 1 adalah :
ketika seorang mantan veteran yang selamat, pernah menjadi pasukan perang dalam sebuah konflik peperangan yang menimbulkan banyak kematian jiwa. sehingga setelah dia selesai dari masa tugas nya tersebut dia masih sering dibayang-bayangi oleh kejadian yang mengerikan seperti suara tembakan, ledakan bom, dan bertemu dengan korban-korban perang. sehingga dia merasa hidupnya tidak aman dan selalu harus waspada secara berlebihan.
Contoh kasus 2 adalah :
Seseorang yang tidak ingin menjalani hubungan percintaan dengan lawan jenis dikarenakan pengalaman sebelumnya yang buruk karena dia pernah dikecewakan atau disakiti oleh pasangannya.
Dari contoh kasus diatas, kita dapat membantu klien dengan mengikuti serangkaian psikoterapi seperti : Cognitive-Behavioral Therapy (Terapi Kognitif-Perilaku)Cognitive-Behavioral
Therapy (CBT) untuk PTSD berfokus pada bagaimana mengubah cara pandang
seseorang dalam menilai dan menanggapi situasi, pikiran, perasaan, serta
perilaku tidak sehat yang berasal dari pikiran dan perasaannya.
a. Menerapkan Prinsip Dasar Penanganan Stress pada Phase Emergensi:
· Membantu survivor (dalam hal ini adalah korban) untuk istirahat dan tidur untuk pemulihan kondisi tubuh
· Menyiapkan area yang aman untuk interaksi antar personal.
· Menangani dengan segera kondisi dan kesehatan fisik.
· Membantu dalam mencari dan memastikan keselamatan anggota keluarganya
· Membantu menghubungkan survivor dengan keluarga, orang yang dicintai, atau pihak-pihak yang dapat membantu lainnya
· Membantu survivor untuk mengambil langkah praktis mengatasi masalah aktual dan kembali ke kehidupan semula
· Membantu memfasilitasi kehidupan normal yang menyangkut keluarga, komunitas, sekolah, dan pekerjaan
· Memberikan kesempatan untuk mengekspresikan kesedihannya
· Membantu survivor menurunkan tekanan masalah, kecemasan, atau kesedihannya hingga ke level yang dapat dikelolanya
· Membantu
penolong pertama survivor melalui konsultasi dan training tentang pola
umum reaksi stress dan teknik pengelolaan stress.
b. Menetapkan Prioritas
Membantu melindungi survivor dari luka atau terpaan stimulus traumatik selanjutnya dengan cara :
· Memberikan tempat perlindungan yang memisahkan mereka dari stimulus-stimulus tersebut.
· Melindungi mereka dari media atau orang-orang yang sekedar ingin tahu.
c. Memberikan bantuan dan pengarahan
Survivor biasanya kehilangan arah, shock, atau mengalami dissosiasi.
Membantu mengarahkan mereka untuk menjauh dari:
· Area kerusakan/tempat kejadian
· Survivor lain yang terluka
· Bahaya yang terus berlangsung
d. Memberi kesempatan untuk berinteraksi
Hubungan sosial adalah elemen penting bagi proses pemulhan.
· Ketika berinteraksi dengan survivor, agar diciptakan situasi dan memberi dia kesempatan untuk mengalami kembali nilai-nilai sosial untuk saling menolong dan menanamkan nilai-nlai kebaikan.
· Membantu survivor untuk dapat berhubungan dengan orang yang dicintai, memberikan informasi yang akurat dan memadai, tempat dimana mereka bisa mendapatkan dukungan tambahan
e. Penanganan segera & perawatan penderita akut
· Survivor yang menunjukkan reaksi stress panik yang berlebihan perlu mendapatkan intervensi dengan segera.
· Upayakan
untuk menangkap tanda-tanda fisik berupa gemetar, berteriak-teriak
marah, agitasi, sikap tubuh seperti robot yang menandakan panik atau
kesedihan mendalam.
· Segera lakukan pendekatan terapeutik, pastikan keselamatannya, upayakan untuk mendengarkan dan menghargai pengalamannya, dan menunjukkan empathi. Pertolongan medis mungkin juga dibutuhkan jika ada.
· Kehadiran anda dapat meredakan penderitaan survivor yang panik atau sedih mendalam:
· Upayakan untuk mendampingi atau menyiapkan orang yang dapat selalu berada di dekatnya sampai perasaannya reda.
f. Penanganan Gangguan Berat
• Ditangani secara intensif oleh Psikiater dan didampingi oleh Psikolog.
• Dapat dimasukkan ke Rumah Sakit Jiwa atau berobat Jalan.
• Dilakukan Evaluasi Setiap Bulan Sekali.
• Dipindahkan kedalam program Penanganan Gangguan Sedang apabila hasil Evaluasi menunjukkan demikian.
g. Penanganan Gangguan Sedang
• Ditangani secara intensif oleh Psikolog melalui Konseling Individual.
• Dilakukan dalam ruangan khusus yang memenuhi syarat untuk dilaksanakan konseling.
• Diberikan pekerjaan-pekerjaan ringan yang disukainya.
• Dilakukan evaluasi satu kali setiap bulan.
Sumber :
Allen, J.G. (2005). Coping With Trauma: Hope Through Understanding (2nd ed). Washington DC:
American Psychiatric Publishing, Inc
http://www.amazine.co/39060/4-terapi-untuk-mengatasi-post-traumatic-stress-disorder/
http://www.dispsiad.mil.id/index.php/en/publikasi/artikel/221-post-traumatic-stress-disorder-ptsd
Senin, 10 Oktober 2016
Sistem Informasi Psikologi
Menurut
Keeneth C. Laudon (2004) informasi adalah data yang sudah dibentuk ke
dalam sebuah formulir bentuk yang bermanfaat dan dapat digunakan untuk
manusia. Kata informasi dapat diartikan berita yang mengandung maksud
tertentu. Manusia memiliki pengetahuan dan pengalaman yang selalu ingin
dibagikan kepada orang lain. Pengalaman atau pengetahuan yang
dikomunikasikan kepada orang lain tersebut merupakan pesan atau
informasi. Jadi, pesan atau informasi menuntut adanya kehadiran pihak
lain. Secara umum bidang sistem informasi dapat dilihat dengan pendekatan teknis dan
pendekatan perilaku. Sistem informasi merupakan sistem sosioteknis.
Bagian penting bidang sistem informasi melibatkan isu perilaku yang
muncul dalam pengembangan dan pengelolaan jangka panjang dari sistem
informasi. Ahli psikologi mempelajari sistem informasi dengan
ketertarikan terhadap bagaimana pengambil keputusan manusia mengenal dan
menggunakan informasi formal. Berdasarkan uraian diatas sistem
informasi psikologi adalah suatu sistem yang dirancang berdasarkan
ketertarikan terhadap bagaimana pengambil keputusan manusia
mengenal dan menggunakan informasi formal.
Sistem
Informasi Psikologi adalah suatu sistem atau tata cara yang merupakan
kombinasi dari manusia, fasilitas atau alat teknologi, media, prosedur
dan pengendalian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan, mengolah dan
menyimpan data mengenai perilaku terlihat maupun tidak terlihat secara
langsung serta proses mental yang terjadi pada manusia sehingga data
tersebut dapat diubah menjadi informasi yang dapat digunakan untuk
tujuan tertentu seperti tujuan penelitian. Contoh nyata dari
pengaplikasian SIP dalam kehidupan adalah penggunaan teknologi dalam
pengam
bilan data tes psikologi, dalam hal ini umumnya komputer (komputerisasi alat tes psikologi).
Memang antara psikologi dan informasi Teknologi memiliki kaijan
objek teoritis dan aspek berbeda mengenai hal apa yang menjadi objek
ilmu mereka, namun dalam beberapa hal keberadaan Teknologi Informasi
bisa menjadi suatu ilmu yang membantu dalam upaya pengembangan ilmu dan
pemaksimalan dalam aplikasi ilmu Psikologi. E-counseling merupakan salah
satu bentuk nyata aplikasi Teknologi Informasi dalam bidang Psikologi.
Internet menawarkan suatu proses psikoterapis yang menggunakan suatu
media komunikasi yang baru, dimana melalui media tersebut mereka dapat
memberikan intervensi psikoterapi itulah yang disebut degan E-counseling
atau e-mail counseling. E-mail counseling merupakan pelayanan
intervensi psikologi yang dilakukan melalu internet, dimana proses
terapi terlebih dahulu dilakukan melalui media ini, untuk kemudian
menyusun rencana dalam melakukan intervensi psikologi secara
face-to-face akan dilakukan. Fungsi dari e-counseling adalah untuk
membantu terapis dalam mengumpulkan sejumlah data yang terkait dengan
kliennya sebelum akhirnya terapis dan klien sepakat untuk bertemu secara
langsung untuk melakukan proses terapis selanjutnya. Dalam aplikasinya,
psikoterapi online menawarkan tantangan etika baru bagi mereka para
terapis yang tertarik untuk menggunakan media ini dalam memberikan
pelayanan psikologi. Perbedaan antara komunikasi berbasis teks
interaktif dan komunikasi verbal in-person menciptakan tantangan etika
baru yang sebelumnya tidak ditemui dalam terapi face-to-face.
· Komponen sistem informasi :
a. Hardware (perangkat keras)
b. Software (perangkat lunak)
c. Prosedur : sekumpulan aturan yang dipakai untuk mewujudkan pemrosesan data untuk menghasilkan output
d. Basisdata : suatu pengorganisasian sekumpulan data yang saling terkait sehingga memudahkan proses pencarian informasi
e. Jaringan komputer dan komunikasi data
f. Brainware
· Fungsi dari sistem informasi
Sistem informasi memiliki banyak peranan dalam suatu organisasi/institusi/ perusahaan
diantaranya adalah : turut serta dalam pelaksanaan tugas rutin:
mengaitkan perencanaan, pengerjaan, dan pengendalian dalam sistem;
mengkoordinasikan subsistem-subsistem; dan mengintegrasikan
subsistem-subsistem yang ada. Selain mempunyai banyak peranan sistem
informasi juga mempunyai kemampuan yang dimiliki diharapkan dapat
meningkat produktivitas, mengurangi biaya-biaya tertentu, meningkatkan
servis terhadap konsumen, dan peningkatan dalam pengambilan keputusan.
· Fungsi dari sistem informasi psikologi
Contoh
nyata dari pengaplikasian Sistem informasi psikologi dalam kehidupan
sehari-hari adalah penggunaan teknologi dalam pengambilan data tes
psikologi, sistem informasi psikologi yang seperti ini membuat proses
yang lebih efektif serta efisien.
Referensi:
-Maryono, Y., Istiana, B. Patmi. (2008). Teknologi Informasi dan Komunikasi. Jakarta: Yudhistira
-Gaol, Chr. Jimmy. (2008). Sistem Informasi Manajemen Pemahaman dan Aplikasi. Institute Perbanas: PT Grasindo.
Senin, 20 Juni 2016
Review Teknik Psikoterapi
Terapi Psikoanalisa
Menurut Sigmund Freud, perilaku manusia itu ditentukan oleh kekuatan irasional yang tidak disadari dari dorongan biologis dan dorongan naluri psikoseksual tertentu pada masa enam tahun pertama dalam kehidupannya.
Konsep Dasar Psikoanalis:
a. Struktur Kepribadian
b. Pandangan tentang Sifat Manusia
Menurut Sigmund Freud, perilaku manusia itu ditentukan oleh kekuatan irasional yang tidak disadari dari dorongan biologis dan dorongan naluri psikoseksual tertentu pada masa enam tahun pertama dalam kehidupannya.
Konsep Dasar Psikoanalis:
a. Struktur Kepribadian
b. Pandangan tentang Sifat Manusia
c.
Kesadaran dan Ketidaksadaran
d. Perkembangan
Kepribadian
TEKNIK
TERAPI PSIKOANALISA :
1) Metode asosiasi bebas
2) Metode analisis mimpi
3) Penafsiran
4) Metode analisis dan penafsiran
resistensi.
5) Metode Analisis dan penafsiran
transferensi.
Kelebihan teknik Psikoanalisa: Dapat menggali permasalahan yang direpress pada masa lalu untuk dimunculkan kembali pada masa sekarang.
Kekurangan teknik Psikoanalisa: membutuhkan pendekatan yang mendalam agar klien atau pasien dapat mengungkapkan permasalahnnya.
Terapi Humanistik
Psikologi eksistensial
humanistik berfokus pada kondisi manusia. Dimana pendekatan ini
adalah suatu sikap yang menekankan pada pemahaman
atas manusia alih-alih suatu sistem teknik-teknik yang digunakan untuk mempengaruhi
klien. Oleh karena itu, pendekatan eksistensial-humanistik bukan suatu aliran terapi, bukan pula suatu teori tunggal yang
sistematik. Pendekatan terapi eksistensial juga bukan suatu
pendektan terapi tunggal, melainkan suatu pendektan yang mencakup terapi-terapi
yang berlainan yang semuanya berlandasan konsep-konsep dan asumsi-asumsi
tentang manusia.
Konsep-konsep utama
1. Kesadaran diri.
2. Kebebasan, tanggung jawab dan
kecemasan.
3. Penciptaan makna
Teknik Terapi
Dalam proses ini, konselor eksistensial mendorong kebebasan dan tanggung jawab, mendorong konseli untuk menangani kecemasan, dan mendorong munculnya upaya-upaya untuk membuat pilihan
yang bermakna. Konseling eksistensialis tidak memusatkan perhatian pada masalah atau pada krisis tetapi lebih menekankan pada usaha membangun aliansi terapeutik yang mendalam.
Kelebihan Teknik Humanistik:pihak konseli dan konselor dapat membangun aliansi terapi yang mendalam, dan pilihan ada di tangan konseli.
Kekurangan Teknik Humanistik:Terapinya bukan suatu pendekatan terapi tunggal melainkan suatu pendekatan yang mencangkup terapi-terapi yang berlainan.
PERSON
CENTERED THERAPY
Terapi person
centered merupakan model terapi berpusat pribadi yang dipelopori dan
dikembangkan oleh psikolog humanistis Carl R. Rogers. Ia memiliki pandangan
dasar tentang manusia, yaitu bahwa pada dasarnya manusia itu bersifat positif,
makhluk yang optimis, penuh harapan, aktif, bertanggung jawab, memiliki potensi
kreatif, bebas (tidak terikat oleh belenggu masa lalu), dan berorientasi ke
masa yang akan datang dan selalu berusaha untuk melakukan self
fullfillment (memenuhi kebutuhan dirinya sendiri untuk bisa
beraktualisasi diri).
TEKNIK-TEKNIK
TERAPI
a.Congruence
b. Unconditional positive regard
c. Accurate empathic
understanding
Kelebihan Teknik PCT: konselor tidak terlalu berperan penuh karena terapi berpusat pada pribadi konseli.
Kekurangan Teknik PCT : konseli harus menemukan sendiri kekurangan apa yang ada dalam dirinya.
Logotherapy
Pandangan Frankl tentang kesehatan
psikologis menekankan pentingnya kemauan akan arti. Frankl berpendapat bahwa
manusia harus dapat menemukan makna hidupnya sendiri dan kemudian setelah
menemukan mencoba untuk memenuhinya. Bagi Frankl setiap kehidupan mempunyai
makna dan kehidupan itu adalah suatu tugas yang harus dijalani. Mencari makna
dalam hidup inilah prinsip utama teori Frankl yang dinamakan logoterapi.
Logoterapi memiliki tiga konsep
dasar, yaitu:
1. Keinginan Akan Makna
2. Kebebasan Berkeinginan
3. Makna Hidup
TEKNIK-TEKNIK LOGOTHERAPY
1. Teknik Intensi Paradoksikal
(Perlawanan Terhadap Niat)
2. Derefleksi
3. Bimbingan Rohani
4. Existential Analysis
Kelebihan Teknik Logoterapi : yaitu adanya bimbingan rohani dalam terapinya serta serta tekniknya yang luwes dan sangat luas.
Kekurangan Teknik Logoterapi : dalam kasus-kasus tertentu teknik logoterapi ini harus diperhatikan agar tidak memicu semakin parahnya permasalahan yang dialami.
Terapi Kelompok
Terapi
kelompok adalah terapi yang dilakukan melalui sebuah kelompok namun memiliki
kegiatan yang terstruktur dan memberikan efek terapeutik bagi anggotanya. Efek
terapeutik yaitu kegiatan yang dilakukan dalam kelompok akan memberikan efek
terapi kepada masing-masing anggota. Mereka akan belajar untuk membuka diri
mereka, menceritakan masalah mereka, mendengar pendapat atau saran dari anggota
lain.
Cara melakukan terapi kelompok:
1.
Tahap Intake
2.
Tahap Assesmen dan Perencanaan
Intervensi
3.
Tahap Penyeleksian Anggota
4.
Tahap Pengembangan Kelompok
5. Tahap Evaluasi dan Terminasi
Kelebihan Terapi Kelompok: Terapi dapat dilakukan bersama-sama sehingga konselor tidak terlalu berperan penuh.
Kekurangan terapi Kelompok: terapis bisa kurang fokus terhadap kliennya.
Terapi Perilaku
Terapi tingkah laku dalah penerapan aneka ragam teknik dan prosedur
yang berakar pada berbagai teori tentang belajar. Terapi ini menyertakan
penerapan yang sistematis prinsip-prinsip belajar pada pengubahan
tingkah laku ke arah cara-cara yang lebih adaptif.
Teknik-Teknik Utama Terapi Tingkah Laku
1. Disensitisasi sistematik
2. Terapi Implosif atau pembanjiran
3. Terapi Aversi
4. Pengkondisian Operan
5. Token Ekonomi
Kelebihan terapi tingkah laku : dapat mengubah tingkah laku seseorang yang negatif menjadi positif dengan salah satunya teori belajar.
Kekurangan terapi tingkah laku:pada terapi asertif akan akan memerlukan pendekatan lebih lama.
Rational Emotive
Therapy atau Teori Rasional Emotif
Rational Emotive
Therapy berpangkal pada beberapa keyakinan tentang martabat manusia dan
tentang proses manusia dapat mengubah diri, yang sebagian bersifat
filsafat dan sebagian bersifat psikologis.
Teknik Konseling:
- Teknik-Teknik Emotif (Afektif)
- Teknik-teknik Behavioristik
- Teknik-teknik Kognitif
Kelebihan dan Kelemahan Rational Emotif Therapy
1. Kelebihan Rational Emotif Therapy
A.Pendekatan ini
cepat sampai kepada masalah yang dihadapi oleh konseli. Dengan demikian,
perawatan juga dapat dilakukan dengan cepat.
B.Para konseli bisa memperoleh sejumlah besar pemahaman dan akan menjadi sangat sadar akan sifat masalahnya.
C. Kaedah berfikir logis yang diajarkan kepada konseli dapat digunakan dalam menghadapi masalah yang lain.
D. Konseli merasa dirinya mempunyai keupayaan intelaktual dan kemajuan dari cara berfikir.
E. Menekankan pada
peletakan pemahaman yang baru di peroleh ke dalam tindakan yang
memungkinan pada konseli mempraktekkan tingkah laku baru dan membantu
mereka dalam pengkondisian ulang.
2. Kelemahan Rational Emotif Therapy
A. Ada konseli yang
boleh ditolong melalui analisa logis dan falsafah, tetapi ada pula yang
tidak begitu cerdas otaknya untuk dibantu dengan cara yang sedemikian
yang berasaskan kepada logika.
B. Ada sebagian konseli yang begitu terpisah dari realitas sehingga usaha untuk membawanya ke alam nyata sukar sekali dicapai.
C. Ada juga
sebagian konseli yang memang suka mengalami gangguan emosi dan
bergantung kepadanya dalam hidupnya, dan tidak mau berbuat apa-apa
perubahan lagi dalam hidup mereka.
D. Karena
pendekatan ini sangat didaktif, terapis perlu mengenal dirinya sendiri
dengan baik dan hati – hati agar tidak hanya memaksakan filsafat
hidupnya sendiri, kepada para konselinya.
E. Terapis yang tidak terlatih memandang terapi sebagai “pencecaran” konseli dengan persuasi, indoktrinasi logika dan nasehat.
Langganan:
Postingan (Atom)